PENDAHULUAN
Upaya untuk
mengetahui isi al Qur’an terus dilakukan dari masa ke masa. Hal ini ditandai
dengan adanya usaha penafsiran oleh ulama – ulama tafsir yang kemudian banyak
melahirkan kitab – kitab tafsir dalam berbagai versi dan sudut pandang. Hal ini
karena dalam menafsirkan al Qur’an, seorang mufasir dengan mufasir yang lain
tidak berada dalam ruang waktu yang sama. Artinya setiap mufasir mempunyai
latar belakang sosial, pengalaman hidup dan penguasaan ilmu yang berbeda
sehingga akan menghasilkan penafsiran yang berbeda pula terhadap kitab yang
sama, al Qur’an.
Oleh karena itu,
agar tidak terjadi kerancauan dan kesalahan dalam membaca kitab tafsir yang
berbeda itu, perlu diadakan penelitian terhadap kitab tafsir yang ada. Dengan
begitu, umat islam yang awam tidak saling menyalahkan pendapat satu dengan yang
lain dalam memahami al Qur’an. Penelitian ini juga ditujukan untuk memberi
penjelasan terhadap masyarakat luas dimana letak perbedaan pendapat para ulama
dan apa latar belakangnya.
PEMBAHASAN
a. Biografi Muhammad Ali ash Shobuni
Beliau adalah
Muhammad Ali Ash Shobuni. Lahir dikota Aleppo, Suriah, pada tanggal 1 Juli
1930. Syekh Ali Ash Shobuni bersama syekh Yusuf Qardhawi pernah ditetapkan
sebagai tokoh muslim dunia 2007 oleh DIQA.
Nama besar syeikh
Ali Ash Shobuni begitu mendunia. Beliau merupakan seorang ulama dan ahli tafsir
yang terkenal dengan keluasan dan kedalaman ilmu serta sifat wara’-nya. Nama
lengkap beliau adalah Muhammad Ali ibn Ali ibn Jamil ash Shabuni. Syekh ash
Shobuni dibesarkan oleh keluarga terpelajar. Ayahnya, syekh Jamil, merupakan
salah seorang ulama senior di Aleppo. Sejak usia anak – anak, ia sudah
memperlihatkan bakat dan kecerdasan dalam menyerap berbagai ilmu agama.
Diusianya yang masih belia, ash Shobuni sudah hafal al Qur’an. Tak heran bila
kemampuannya ini membuat banyak ulama ditempatnya belajar sangat menyukai
kepribadian syeikh Ali ash Shabuni.
Salah satu guru
beliau adalah sang ayah, Jamil ash Shabuni. Ia memperoleh pendidikan dasar dan
formal mengenai bahasa Arab, ilmu waris, dan ilmu – ilmu agama dibawah
bimbingan langsung sang ayah. Ia juga berguru kepada ulama terkemuka di Aleppo,
seperti syeikh Muhammad Najib Sirajuddin, syeikh Ahmad ash Shama, syeikh
Muhammad Said al Idlibi, syeikh Muhammad Raghib al Tabbakh, dan syeikh Muhammad
Najib Khayatah.
Untuk menambah
pengetahuannya, syeikh ash Shabuni juga kerap mengikuti kajian – kajian para
ulama lainnya yang biasa diselenggarakan di berbagai masjid. Setelah menamatkan
pendidikan dasar, syeikh ash Shabuni melanjutkan pendidikan formalnya disekolah
milik pemerintah, madrasah al Tijariyyah. Kemudian ia meneruskan pendidikan di
sekolah khusus Syari’ah, Khaswariyya, yang berada di Aleppo.[1]
Disana ia tidak hanya mempelajari ilmu – ilmu islam, tetapi juga mata pelajaran
umum. Ia berhasil menyelesaikan pendidikannya dan lulus tahun 1949. Atas
beasiswa dari departemen wakaf Suriah, ia melanjutkan pendidikannya di
Universitas al Azhar Kairo, Mesir, hingga selesai strata satu di fakultas
Syari’ah pada tahun 1952. Dua tahun berikutnya, di universitas yang sama ia
memperoleh gelar megister pada konsentrasi peradilan Syari’ah.
Selepas dari
Mesir, ash Shabuni kembali ke kota kelahirannya, beliau mengajar dibeberapa
sekolah menengah atas yang ada di Aleppo. Pekerjaan sebagai guru sekolah
menengah atas ini ia lakoni selama delapan tahun, dari tahun 1955 sampai 1962.
Setelah itu ia mendapatkan tawaran untuk mengajar di fakultas Syari’ah di
universitas Umm al Qura’ dan fakultas pendidikan islam di universitas King
Abdul Aziz. Kedua universitas ini berada dikota Mekkah. Ia menghabiskan waktu
dengan kesibukannya mengajar di dua perguruan tinggi ini selama 28 tahun.
Karena prestasi akademik dan kemampuannya dalam menulis, saat menjadi dosen di
universitas Umm al Qura’, syeikh ash Shabuni pernah menyandang jabatan ketua
fakultas Syari’ah. Ia juga dipercaya untuk mengepalai pusat kajian akademik dan
pelestarian warisan islam.
Disamping sibuk
mengajar, syeikh Ali ash Shabuni juga aktif dalam organisasi Liga Muslim Dunia.
Saat di Liga Muslim Dunia, ia menjabat sebagai penasehat para dewan riset
kajian ilmiah mengenai al Qur’an dan Sunnah. Ia bergabung dalam organisasi ini
selama beberapa tahun. Setelah itu ia mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk
menulis dan melakukan penelitian. Salah satu karyanya yang populer adalah Shafwatu
at Tafaasir.[2]
b. Karya – karya Muhammad Ali ash Shabuni
Beliau adalah
sosok ulama mufasir yang kreatif dan produktif menulis. Beliau telah menulis beberapa
kitab tafsir sebagai bentuk khidmah beliau pada al Qur’an dan Hadits,
diantaranya :
1. Rawa’i al Bayan fi Tasair ayat al Ahkam min al Qur’an
Kitab ini
mengandung keajaiban tentang ayat – ayat hukum didalam al Qur’an. Kitab ini
dalam dua jilid besar. Ia adalah kitab terbaik yang pernah dikarang perihal
soal ini, sebab dua jilid ini telah dapat menghimpun pemikiran klasik dengan
isi yang melimpah ruah serta ide dan pikiran yang subur, disamping pemikiran
modern dengan gaya yang khas dengan segi penampilan, penyusunan, dan kemudian
uslub dipihak lain. Selain itu, syeikh ash Shabuni telah nampak keistimewaannya
dalam tulisan ini tentang keterus terangannya dan penjelasannya dalam
menetapkan keobjektifan agama islam mengenai pengertian ayat – ayat hukum, dan
tentang sanggahannya terhadap dalil – dalil beberapa musuh orang islam yang
menyalahgunakan penanya dengan mempergunakan dirinya dengan menyerang nabi
Muhammad saw , dalam hal pernikahan beliau dengan beberapa orang istri (
poligami ).
2. Al Tibyan fi Ulum al Qur’an ( Pengantar Studi al Qur’an )
Awal mulanya, buku
ini adalah diktat kuliah dalam ilmu al Qur’an untuk para mahasiswa fakultas
Syari’ah dan Dirasah islamiyah di Mekkah al Mukarramah, dengan maksud untuk
melengkapi bahan kurikulum fakultas serta keperluan para mahasiswa yang cinta
kepada ilmu pengetahuan dan mendambakan diri dengan penuh perhatian kepadanya.
3. Al Nubuwah wa al Anbiya’ ( para nabi dalam al Qur’an )
Buku yang mengupas
tentang para nabi dalam al Qur’an. Buku ini dikemas secara ringkas, lantaran
karya ini merupakan sebuah karya saduran dari sebuah kitab berbahasa Arab yang
ditulis oleh syeikh Ali ash Shabuni.
4. Qabasun min Nur al Qur’an ( cahaya al Qur’an )
Kitab tafsir ini
diantaranya disajikan al Qur’an dari awal hingga akhir secara berurutan dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Sehingga pola ini memberikan
kemaslahatan tersendiri yang tidak didapatkan dikitab – kitab tafsir lain.
Adapun bentuk penyajiannya ialah ayat demi ayat atau beberapa ayat yang
terangkum dalam satu kelompok maknanya dan tema, yang karena itulah kitab ini
disebut tafsir tematik.
5. Shafwah at Tafaasir
Salah satu karya
syeikh Ali ash Shabuni yang paling popular. Kitab ini terdiri dari tiga jilid,
didalamnya menggunakan metode – metode yang sederhana, mudah dipahami, dan
tidak bertele – tele ( tidak menyulitkan para pembaca ).
Syeikh Ali ash
Shabuni telah menyelesaikan tafsir ini secara terus menerus dikerjakan non stop
siang malam selama lebih kurang menghabiskan waktu sampai lima tahun. Beliau
tidak menulis sesuatu tentang tafsir sehingga ia membaca dulu apa – apa yang
telah ditulis oleh para mufasir, terutama dalam masalah pokok – pokok dalam
kitab tafsir, sambil memilih mana yang lebih relevan ( yang lebih cocok dan
lebih unggul ).
Shafwah at
Tafaasir merupakan tafsir ringkas meliputi semua ayat al Qur’an. Kitab ini
berdasarkan pada kitab – kitab tafsir terbesar, seperti al Thabari, al Kasyaf,
al Alusi, Ibnu Katsir, dan lain – lain dengan uslub yang mudah, hadits yang
tersusun ditunjang dengan aspek bayan dan kebahasaan. Shafwah at Tafaasir
merupakan kumpulan materi – materi pokok yang ada dalam tafsir – tafsir besar
yang terpisah disertai ikhtisar, tertib, penjelasan, dan bayan.[3]
c. Deskripsi umum kitab tafsir Shafwatu at Tafaasir
1. Latar belakang
penulisan
Sebuah karya,
apapun jenisnya, termasuk kitab tafsir dalam masa pembuatannya, pasti tidak
dapat dipungkiri dari aspek kultur sosial yang mengelilinginya. Pada tahun 1930
lahir karya tafsir yaitu Shafwatu at Tafaasir yang disusun selama kurang lebih
lima tahun sekaligus memberi kesan tersendiri bagi para sebagian kalangan ulama
dan para pemerhati lainnya. Dari data yang didapat mengenai latar belakang
penyusunan kitab ini, beliau menyebutkan :
Ø Menjunjung kalimatullah untuk memberi pemahaman terhadap kebutuhan
umat dalam memahami agama.
Ø Keberadaan al Qur’an itu sendiri yang kekal dengan penuh keajaiban
– keajaiban, penuh dengan mutiara – mutiara kehidupan, senantiasa memicu akal
untuk mengkajinya.
Ø Kenyataan semua ilmu akan hilang dimakan zaman, kecuali ilmu al
Qur’an.
Ø Kewajiban ulama tetap mesti menjadi jembatan bagi pemahaman umat
terhadap al Qur’an dengan memberikan kemudahan dalam mengkajinya.
2. Tujuan
penulisan
Sudah barang tentu
mempunyai faidah yang sangat tinggi dan berkedudukan mulia yang menjadi tujuan
dari penulisan kitab ini. Sampai sekarang, baru dapat diasumsikan hal – hal
yang menjadi tujuan penulisan kitab Shafwatu at Tafaasir ini, yaitu memberikan
pemaparan dan penjelasan dengan mempermudah gaya penyampaiannya, serta memberikan
faidah berupa jawaban – jawaban terhadap realita umat pada masanya.[4]
3. Metode dan
corak penafsiran
Untuk mempermudah
apa yang menjadi tujuan dari beliau dalam upaya memberikan pencerahan dalam
memecahkan permasalahan zaman maka gaya pembahasan yang beliau lakukan yaitu
melalui tahapan – tahapan metode, yaitu :
Ø Mengumpulkan dan meng-intisari kitab – kitab tafsir induk serta
mengambil argumen yang paling shohih.
Ø Menyusun kategorisasi ayat – ayat untuk menjelaskan tiap – tiap
permasalahan dalam surat dan ayat.
Ø Menafsirkan kandungan surat secara ijmali seraya menjelaskan maksud
– maksudnya yang mendasar.
Ø Membahas munasabah antar ayat sebelum dan sesudahnya.
Ø Menjelaskan aspek kebahasaannya secara etimologi dan menjelaskan
perbandingannya dengan pendapat ahli bahasa Arab.
Ø Menjelaskan asbabun nuzul.
Ø Menjelaskan gaya bahasanya ( balaghah ).
Ø Menjelaskan faidah – faidah dan hikmah – hikmah surat dan ayat.
Ø Memberikan istinbath.
Mengingat penulis kitab Shafwatu at Tafaasir adalah seorang ulama
yang hidup pada masa dimana aliran – aliran teolog telah ada ( sementara belum
muncul lagi aliran teolog yang baru ), maka sudah dipastikan aliran pemahaman
teologisnya akan mengikuti atau sepaham dengan para aliran teolog pendahulunya.
KESIMPULAN
Beliau adalah Muhammad Ali Ash Shobuni. Lahir dikota Aleppo,
Suriah, pada tanggal 1 Juli 1930. Syekh Ali Ash Shobuni bersama syekh Yusuf
Qardhawi pernah ditetapkan sebagai tokoh muslim dunia 2007 oleh DIQA.
Salah satu karya syeikh Ali ash Shabuni yang paling popular adalah
Shafwatu at Tafaasir. Kitab ini terdiri dari tiga jilid, didalamnya menggunakan
metode – metode yang sederhana, mudah dipahami, dan tidak bertele – tele (
tidak menyulitkan para pembaca ).
Mengingat penulis kitab Shafwatu at Tafaasir adalah seorang ulama
yang hidup pada masa dimana aliran – aliran teolog telah ada ( sementara belum
muncul lagi aliran teolog yang baru ), maka sudah dipastikan aliran pemahaman
teologisnya akan mengikuti atau sepaham dengan para aliran teolog pendahulunya.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Artikel al Haromain media Dzikir dan Fikir., Edisi Februari 2013.
Ø http://biografiulamahabaib.blogspot.com/2012/12/biografi-singkat-mufassir-syaikh-ali_6083.html ( diakses pada hari rabu tanggal 15 Mei 2013 )
Ø http://fu-th.blogspot.com/2012/10/shofwatut-tafasir.html ( diakses pada
hari rabu tanggal 15 Mei 2013 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar