Jumat, 06 Januari 2012

SEJARAH DAN PRKEMBANGAN ILMU TASAWUF

I. PENDAHULUAN
Akhlak Tasawuf merupakan salah satu khazanah Intelektual muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan. Secara historis dan teologis akhlak Tasawuf tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup umat agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah di dalam Al-Qur’an.
Ilmu akhlak membahas tentang tingkah laku manusia untuk dinilai apakah perbuatan tersebut tergolong baik, mulia, terpuji atau sebaliknya yakni buruk, hina, dan tercela. Selain itu, dalam ilmu Tasawuf juga dibahas pula ukuran kebahagiaan, keutamaan, kebijaksanaan, keindahan, dan keadilan.
Tujuan utama berTasawuf adalah Makrifatullah (mengenal Allah), maka langkah utama masuk pintu gerbang Tasawuf adalah harus mengenal siapa Allah.

II. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalahnya antara lain;
1. Pengertian Akhlak Tasawuf
2. Bagaimana Sejarah Tasawuf
3. Bagaimana Pertumbuhan Tasawuf
4. Bagaimana Perkembangan Tasawuf

III. PEMBAHASAN
1. Pengertian Akhlak Tasawuf
A. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak nerasal dari bahasa Arab dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqon, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu, if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-Thabi’ah (kelakuan, tabi’at, watak dasar), al-‘Adat (kebiasaan, kezaliman), al-Maru’ah (peradaban yang baik), dan al-Din (agama).
Dengan demikian kata akhlaq atau khuluq secara bahasa berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru’ah atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabi’at.
Sedangkan pengertian akhlak menurut istilah dapat merujuk kepada berbagai pendapat pakar-pakar dalam bidang ini antara lain;
a. Ibnu Maskawih, mengatakan :
Akhlak adalah keadaan jiwa yang selalu mendorong manusia berbuat, tanpa memikirkannya (lebih lama).
b. Abu bakar Jabir al-Jazairy, mengatakan :
Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam dii manusia yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja.
c. Muhammad bin Ilaan ash-Shidieqy, mengatakan :
Akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang dapat menimbulakan perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa dorongan orang lain).
B. Pengertian Tasawuf
Para lama Tasawuf berbeda cara memandang kegiatan Tasawuf, sehingga mereka merumuskan definisinya juga berbeda. Ada beberapa definisi yang dikemukakan para ahli antara lain :
a. Imam al-Ghazaly mengemukakan pendapat Abu Bakar al-Kattaany yang mengatakan :
“Tasawuf adalah budi pekerti; barang siapa yang memberi bekal budi pekerti atasmu, berarti ia memberi bekal atas dirimu dalam Tasawuf. Maka jiwa yang menerima (perintah) untuk beramal, Karena sesungguhnya mereka melakukan suluk dengan Nur (petunjuk Islam). Dan ahli zuhud yang jiwanya , menerima (perintah) untuk melakukan beberapa akhlaq (terpuji) karena mereka telah melakukan suluk dengan Nur (petujuk) imannya.
b. Asy-Syekh Muhammad Amin al-Qurdy, menyatakan:
‘Tasawuf adalah Suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui hal ihwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari (sifat-sifat) yang buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara melakukan suluk, melangkah menuju (keridhaan) Allah dan meninggalkan (larangan-Nya) menuju kepada (perintah-Nya).

1) Faktor Lahirnya Tasawuf
Para sarjana, baik dari kalangan Islam sendiri saling berbeda pendapat tentang faktor yang mempengaruhi munculnya Tasawuf. Nicholson mengatakan bahwa pembentukan Tasawuf dipengaruhi oleh agama masehi atau Nasrani. Meskipun Tasawuf berkembang secara Islami, tetapi tidak tertutup kemungkinan ada sedikit pengaruh luar, terutama Nasrani.
Abul ‘Ala ‘Affifi mengklafikasikan pendapat sarjana tentang faktor Tasawuf ini menjadi empat alian. Pertama, Tasawuf dikatakan bahwa Tasawuf berasal dari India melali Persia. Kedua, berasal dari asketisme Nasrani. Ketiga,dari ajaran Islam itu sendiri. Keempat, berasal dari sumber yang berbeda-beda kemudian menjelma menjadi konsep-konsep.
Dengan demikian Tasawuf dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor intern dan faktor ekstern. Menurut Affifi masing-masing faktor tersebut dapat dipecah menjadi dua, sehingga menjadi empat, yaitu :
a. Faktor ajaran Islam sebagaimana terkandung dalam kedua sumbernya, al-Qur’an dan as-Sunnah. Kedua sumber ini mendorong untuk hidup wara’, taqwa, dan Tasawuf. Selain itu kedua sumber itu mendorong umatnya beribadah bertingkah laku baik, shalat tahajud (QS Al-Muzamil: 7) berpuasa dan sebagainya.
b. Reaksi rohaniah kaum Muslimin terhadap sistem sosial politik dan ekonomi dikalangan umat Islam itu sendiri yaitu ketika Islam telah tersebar keberbagai Negara yang sudah barang tentu membawa konsekuensi-konsekuensi tertentu seperti terbuka kemungkinan di perbolehkannya kemakmuran disatu pihak.
c. Pendekatan Rabaniyah agama Nasrani, sebagai konsekuensi agama lahir sebelum Islam, pemeluknya tersebar diseluruh Negara, dan sikap-sikapmya mempengaruhi masyarakat agama lain, termasuk pemeluk Islam.
d. Reaksi terhadap fiqih dan ilmu kalam
2) Pembagian Tasawuf
Secara keseluruhan ilmu Tasawuf dikelompokan menjadi dua yakni:
a) Tasawuf ilmi atau Nadhari adalah Tasawuf yan bersifat teoritis, Tasawuf yang mencakup dalam bagian ini ialah sejarah lahir Tasawuf dan perkembangannya sehingga menjelma ilmu yang berdiri sendiri.
b) Tasawuf amali atau Tasawuf tathbiqi yaitu: Tasawuf terapan, yakni ajaran Tasawuf yang praktis. Tidak hanya sekedar teori, tetapi menuntut adannya pengalaman dalam rangka mencapai tujuan Tasawuf.

Sementara Ada lagi yang membagi Tasawuf menjadi tiga bagian, yakni;
a) Tasawuf akhlaki adalah ajaran Tasawuf yang membahas tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa yang diformulasikan pada pengetahuan sikap mental dan pendisiplinan tinglah laku yang ketat una mencapai kebahagiaan yang optimal. Mannusi harus mengidentifikasikan eksstensi dirinya dengan ciri-ciri keTuhanan melalui penyucian jiwa raga yang bermula dari pembentukan pribadi yang bermoral dan berakhlak mulia, dalam ilmu Tasawuf dikenal dengan takhalli (pengosongan diri dari sifat-sifar tercela), tahajli (menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji) dan tajalli (terungkapmya Nur ghaib bagi hati yang telah bersih sehingga mampu menangkap cahaya (keTuhanan).
Takhalli berarti tidak membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, kotoran dan penyakit gati yang merusak. Adapun sifat-sifat tercela yang harus dihilangkan antara lain: al-Syirik (penyekutukan Allah), al-Hasad (keinginan yang berlebih-lebihan), al-Jadlab (marah), al-Riya dan al-Sum’ah (pamer), al-Ujub (bangga diri) dan sebagainya.
Tahalli yakni menhias diri dengan jalan membiasakan dengan sifat dan sikap serta perbuatan baik. Selanjutnya tahap ketiga , tahajli yaitu sikap-sikap kemanusiaan atau memperoleh nur yang slama ini bersembuyi (ghaib) ata fana’ segala selain Allah ketika tampak (tajjali) wajah nya .
b) Tasawuf amali yaitu Tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah
c) Tasawuf Falsafati yaitu Tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi intuitif dan visi rasional


2. Sejarah Tasawuf
Dalam menampilkan asal usul Tasawuf atau sejarah Tasawuf Abu al-Wafa’ al-Ghanemi at-Tafzani telah menyajikan suatu tulisan dalam bukumya yang sangat lengkap. Menurutnya, ada sekelompok orientalis beranggapan bahwa Tasawuf berasal dari sumber kristen dengan argumentasi sebagai berikut:
Pertama, adanya suatu interaksi antara orang-orang Arab dan kaum Nasrani pada masa Jahiliyah maupun zaman Islam. Kedua, adanya segi-segi kesamaan antara kehidupan para asketis atau shufi dalam hal ajaran serta tata cara mereka ketika melatih jiwa (riyadhah) dan mengasingkan diri (khalwat)dengan kehidaupan almasih dan ajaran-ajarannya, serta dengan para rahib dalam cara mereka bersembanhyang dan berpakaian.
Yang beranggapan sama dengan Abu al-Wafa’ diantaranya Igmaz Goldziher, R.A.Nicholson, Van Kramer, Asin Palacios, dan beberapa nama lainnya.
Ignaz Goldziher mengumpulkan bahwa terbagi kedalam dua aliran. Pertama, asketisisme, aliran ini menurutnya sekalipun telah pengaruh kependetaan Kristen, tetapi tetap lebih mengakar pada semangat Islam dan para ahli sunnah. Kedua, Tasawuf dalam arti yang lebih jauh lagi dengan berbagai ajarannya, yang berkaitan dengan pengenalan (ma’rifah), pendakian bathin (hal), intuisi (widjan), dan rasa (dzauq), aliran ini terpengaruh neoplatonisme dan agama Budha.
Karya Van Kramer, Geschichie der Herrschenden Ideen des Islams, misalnya menggambarkan bagaimana asketisisme Kristen. Ia juga berpendapat bahwa Tasawuf mempunyai dua unsur-unsur Kristen dan unsur-unsur Budha.

3. Pertumbuhan Tasawuf
Jauh sebelum lahirnya agama Islam, memang sudah ada ahli mistik yang menghabiskan masa hidupnya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan-nya; antara lain pada India kuno yang beragama Hindu maupun Budha. Orang-orang mistik tersebut dinamakan Gymnosophists oleh penulis barat dan disebut oleh penulis Arab, yang dapat diartikan sebagai orang-orang bijaksana yang berpakaian ternuka, maksudnya ahli mistik orang-orang India selalu berpakaian dengan menutup separuh badannya. Dan ada juga ahli mistik dari Kristen yang selalu mendekatkan diri kepada Tuhan-nya dengan tata cara yang tidak jauh berbeda dengan tata cara zuhud di kalangan shufi orang-orang muslim yang hidup sesudahnya.
Meskipun Tasawuf Islam dilator belakangi oleh beragai kegiatan mistik yang berkembang sebelumnya dankemiripan dala ajaran tetapi tidak berarti bahwa hal itu merupakan kelanjutan dari ajaran mistik, sebab Tasawuf Islam itu sendiri bersumber dari al-Qur’an dan hadits Rasullullah SAW.

Beberapa Nash yang mengandung ajaran Tasawuf, yaitu:
a. Nash-nash al-Qur’an, antara lain berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman berdzikirlah (dengan) menyebut (nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.”
b. Nash-nash Hadits, antara lain berbunyi:


Artinya:
“……….Sembahlah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya mak apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka ia pasti melihatmu.”
H.R. Bukhary-Muslim, yang bersumber dari Abi Hurairah.

Kehidupan Rasulullah SAW menggambarkan kehidupan sebagai seorang shufi yang sangat sederhana, karena beliau menjauhkan dirinya dari kehidupan mewah, yang sebenarnya merupakan amalan zuhud dalam ajaran Tasawuf.

4. Perkembangan Tasawuf
a. Pada Abad Pertama dan kedua Hijriyah
1) Perkembangan Tasawuf pada masa sahabat
Para sahabat juga mencontohi kehidupan Rasullullah yang serba sederhana, dimana hidupnya hanya semata-mata di abdikan kepada Tuhan Tuhan-Nya .
Sahabat-sahabat yang dimaksudkannya, antara lain.:
a) Abu Bakar As-Shidiq, Wafat tahun 13 H. Beliau saudagar yang kaya raya ketika masih berada di Makkah. Ketika hijrah ke madinah, harta kekayaannya telah habis disumbangkan untuk kepentingan tegaknya agama Islam.
b) Umar bin Khatab, Wafat tahun 23 H. Beliau termasuk orang yang tinggi kasih sayangnya terhadap sesama manusia. Maka ketika ia menjadi khalifah, beliau selalu mengadakan pengamatan langsung terhadap keadaan rakyatnya,
c) Utsman bin Affan, Wafat tahun 35 H. Meskipun ia diberikan kelapangan meski dijadikan sarana untuk menolong orang-orang miskin.
d) Ali bin Abi Thalib, Wafat tahun 40 H. Beliau termasuk orang yang senang hidup sederhana.
e) Salamn al-Farisiy
f) Abu Dzar al-Ghifanny
2) Perkembangan Tasawuf pada masa Tabi’in
Ulama-ulama shufi dari kalangan tabi’in adalah musrid dari ulama-ulama shufi’ dari kalangan sahabat. Tokoh-tokoh ulama shufi tabi’in antara lain:
a) Al-Hasan al-Bashry: Hidup tahun 22 H-110 H, ia mengapatkan ajaran Tasawuf dari khudzaifah bin al-Yaman, sehingga ajaran itu mempengaruhi sikap dan perilakunya sehari-hari. Beliau dikenal sebagai ulama shufi’ yang sangat dalam ilmunya tentang rahasia yang terkandung dalam ajaran Islam dan sangat menguasai ilmu bathin.
b) Rabi’ah al-Adawiyah, Wafat 185 H. Beliau dikenal sebagai ulama shufi’ wanita yang mempunyai banyak murid dari kalangan wanita. Rabi’ah menganut ajaran Zuhud dengan menonjolkan falsafah Hubb (Cinta) dan syauq (rindu kepada Allah)
c) Sufyan bin Said atau ats-Tsaury, hidup tahun 97 H-161 H. Beliau termasuk salah seorang ulama shufi’ yang dikagumi karena ke zuhudan dan kealimannya.
b. Pada Abad ke tiga dan keempat Hijriyah
Perkembangan Tasawuf pada abad ini perkembangannya sangat besar.
Inti ajaran Tasawuf ada tiga macam:
1. Tasawuf yang berilmu jiwa yaitu berisi suatu metode yang lengkap tentang pengobatan jiwa.
2. Tasawuf yang berintikan ilmu akhlaq yaitu didalamnya terkandung petunnjuk-petunjuk tentang cara-cara berbuat baik serta cara menghindarkan perbuatan buruk.
3. Tasawuf yang berintikan metafisika yaitu terkandung ajaran yang melukiskan ketunggalan hakikat Illahi.
c. Pada Abad ke lima Hijriyah
Pada abad kelima terjadi pertentangan yang turun temurun antara ulama shufi dengan ulama fiqh, keadaan semakin rawan ketika perkembangannya madzhab Syiah Islam Ismiliyah yaitu suatu madzhab yang hendak mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keturunan Ali bin Abi Thalib. Kaeran menganggapnya kalau dunia ini harus di atur oleh imam, karena dialah yang langsung menerima petunjuk dari Rasulullah.

d. Perkembangan Tasawuf abad ke enam, ke tujuh, dan ke delapan
1) Perkembangan pada abad keenam, abad ini suasana kemelut antar ulama syariat dengan ulama Tasawuf memburuk, karena dihidupkannya lagi pemikiran-pemikiran al-Huluul, Widatul wujud dan Widatul Adyan oleh kebanyakan ulama Tasawuf.
2) Perkembangan Tasawuf pada abad ketujuh, pada abad ini tercatat dalam sejarah bahwa masa menurunnya gaerah masyarakat Islam untuk mempelajari Tasawuf karena :
a. Semakin gencarnya serangan ulama syariat memerangi ahli Tasawuf, yang diiringi dengan serangan golongan Syiah yang menekuni ilmu kalam dan fiqih
b. Adanya tekat penguasa pada masa itu untuk melenyapkan ajaran Tasawuf di dunia Islam karena dianggap kegiatan itu menjadi sumber perpecahan umat Islam.
3) Perkembangan Tasawuf abad ini tidak terdengar perkembangannya dan pemikiran baru dalam Tasawuf, meskipun banyak pengarang kaum shufi yang mengemukakan pemikiran tentang ilmu Tasawuf, namun kurang mendapat perhatian sungguh-sungguh dari umat Islam. Sehingga nasib ajaran Tasawuf hampir sama dengan abad ketujuh.

e. Pada Abad ke sembilan dan kesepuluh Hijriyah dan sesudahnya
Dalam beberapa abad ini ajaran Tasawuf sangat sunyi didalam Islam. Berarti nasibnya lebih buruk lagi dari abad keenam, ketujuh, dan kedelapan. Ada dua faktor yang menyebabkan rutuhnya pengaruh ajaran Tasawuf:
1. karena memang ahli Tasawuf sudah hilang kepercayaan dikalangan masarakat Islam, sebab banyak diantar mereka yang terlalu menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya.
2. Karena ketika itu, penjajah bangsa Eropa beragama Nasrani sudah menguasai seluruh Negeri Islam.

 Perkembangan Tasawuf di Indonesia
1. Perkembangan Tasawuf di pulau Jawa
Penyebaran ajaran Islam dipulau Jawa adalah Wali songo dengan menggunakan pendekatan mistik, yang didalamnya diisi dengan ajaran Tasawuf. Mereka dalam menentukan taktik dan srategi, mula-mula dalam menyebarkan dakwahnya melalui pendekatan mistik atau Tasawuf unr\tuk mengislamkan masyarakat di pulau Jawa karena dilatar belakangi oleh kepercayaan agama Hindu Budha yang berinti ajarannya adalah mistik. Pendekatan tahap ini tidak memperketat kemurnian ajaran Islam, karena merupakan suatu taktik dan strategi dakwahnya tetapi tahap selanjutnya baru dilakukan pemurnian ajaran Islam.dalam perkembangan Tasawuf di pulau Jawa dimana mereka dihadapkan dua ailran Tasawuf yang bertentangan yaitu aliran Sunni atau salaf dan alira Falsafati. Aliran Sunni dikembangkan oleh masyarakat Muslim dengan tidak meninggalkan unsur-unsur keIslaman.

2. Perkembangan Tasawuf di sumatera
Ulama-ulama yang berpengaruh di sunatera yaitu
a. Syeh Hamzah Pansuri, beliau salah satu penyebab ajaran Tasawuf dapat dikenal oleh orang banyak, karena kemampuannya membuat karya tulis yang bermutu tinggi; baik prosaya merupakan buku yang menguasai syair-syair maupun prosa yang berintikan ajaran Tasawuf.
b. Syeh Syamsudin bin Abdillah as-Sumatrany, beliau belajar ilmu Tasawuf pada syeh hamzah pansuri di Sunan Bonang. Dia lebih giat menulis buku Tasawuf dari pada gurunya dan keberhasilannya karena ditunjang oleh dana yang memadai.
3. Perkembangan Tasawuf dikalimantan
Salah seorang shufi’ yang terkemuka di Kalimantan barat adalah syeh Ahmad Khatib as-Syambasih, beliau banyak berguru kepada Ulama shufi yang berkainan aliran dengannya. Sehingga segala macam tarekat memasukinya dan sempat menguasai seluk beluk tarekat tersebut karena ketekunannya berlajar dan cita-citanya untuk menguasai berbagai aliran ilmu Tasawuf maka banyak ulama Tasawuf yang menimba ilmu kepadanya.
4. Perkembangan Tasawuf di pulau sulawesi
Ajaran Tasawuf dipulau ini bercorak sunni dam falsafati Karena kebanyakan penganut Tasawuf falsafati mencampur baurkan ajaran Tasawuf dengan ilmu hitam. Sehingga semakin membingungkan masyarakat awam, hal ini yang membuat masyarakat kurang minat belajar Tasawuf. Namun berkat kemampuan karomah yang dimiliki oleh ulama yang bernama Syeh Yusuf Tajul Khalwati al-Makassary yang ajaran Tasawufnya beraliran sunni dapat mengajarkan ilmunya kepada masyarakat meskipun ia sendiri masih merasakan kekurangan ilmu.

IV. KESIMPULAN
Pertumbuhan Tasawuf Islam dilatar belakangi oleh kegiatan mistik yang berkembang pada saat itu, yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan perkembangan Tasawuf dimulai pada masa sahabat sampai pada abad ke empat hijriyah mengalami perkembangna yang pesat, sehingga pada abad ke tiga dan keempat hijriyah ajaran Tasawuf dibagi menjagi tiga macam yaitu:
1) Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa
2) Tasawuf yang berintikan ilmu Akhlak
3) Tasawuf yang berintikan ilmu metafisika.
Sedangkan pada abad kelima hijriyah sampai selanjutnya mengalami penurunan.

V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang penulis buat dengan sekuat pikiran disertai referensi-referensi yang ada, namun sebagai manusia biasa penulis sadar akan kekurangan yang ada dalam penulisan maupun bahasa yang kami sajikan, oleh karena itu dengan rendah hati saran dan kritik yang membangun kemajuan kami terima guna perbaikan makalah untuk kedepannya, dan semoga makalah yang penulis buat ini dapat bermanfaat untuk kita semua, amin.






DAFTAR PUSTAKA

Affifi, Abu al-Ala, Kata Pengantar dalam Edisi Bahasa Arab fil Tasawufat Islami wa Tarikhimi
Al-Ghazaly, Ihyaa ‘Ulumuddin Juz II, Semarang: Maktabah Usaha Keluarga
Ash-Shadieqy, Muhammad bin Tlann. 1971, Dalilul, Mesir
IAIN Sumatera utara, 1982. Pengantar Ilmu Tasawuf
Jabir al-Jazairy, Abu Bakar. 1976, Minhaajul Muslim, Madinah: Darul Umar bin Khatab
Musa, Muhammad Yusuf. 1963, Falsafatul Akhlaq Fil Islaam wa-Shilaatuha bil Falsafatil Ighrieqiyah, Qairo: Muassasatul Khanjiy
Shaliba, Jamil.1978, al-Mujmal al-Falsafi Juz I, Mesir: Da al-Kitab al-Mishri
Zahri, Nustafa. 1979. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: Bina Ilmu

SEJARAH DAN PRKEMBANGAN ILMU TASAWUF

I. PENDAHULUAN
Akhlak Tasawuf merupakan salah satu khazanah Intelektual muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan. Secara historis dan teologis akhlak Tasawuf tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup umat agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah di dalam Al-Qur’an.
Ilmu akhlak membahas tentang tingkah laku manusia untuk dinilai apakah perbuatan tersebut tergolong baik, mulia, terpuji atau sebaliknya yakni buruk, hina, dan tercela. Selain itu, dalam ilmu Tasawuf juga dibahas pula ukuran kebahagiaan, keutamaan, kebijaksanaan, keindahan, dan keadilan.
Tujuan utama berTasawuf adalah Makrifatullah (mengenal Allah), maka langkah utama masuk pintu gerbang Tasawuf adalah harus mengenal siapa Allah.

II. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalahnya antara lain;
1. Pengertian Akhlak Tasawuf
2. Bagaimana Sejarah Tasawuf
3. Bagaimana Pertumbuhan Tasawuf
4. Bagaimana Perkembangan Tasawuf

III. PEMBAHASAN
1. Pengertian Akhlak Tasawuf
A. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak nerasal dari bahasa Arab dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqon, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu, if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-Thabi’ah (kelakuan, tabi’at, watak dasar), al-‘Adat (kebiasaan, kezaliman), al-Maru’ah (peradaban yang baik), dan al-Din (agama).
Dengan demikian kata akhlaq atau khuluq secara bahasa berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru’ah atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabi’at.
Sedangkan pengertian akhlak menurut istilah dapat merujuk kepada berbagai pendapat pakar-pakar dalam bidang ini antara lain;
a. Ibnu Maskawih, mengatakan :
Akhlak adalah keadaan jiwa yang selalu mendorong manusia berbuat, tanpa memikirkannya (lebih lama).
b. Abu bakar Jabir al-Jazairy, mengatakan :
Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam dii manusia yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja.
c. Muhammad bin Ilaan ash-Shidieqy, mengatakan :
Akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang dapat menimbulakan perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa dorongan orang lain).
B. Pengertian Tasawuf
Para lama Tasawuf berbeda cara memandang kegiatan Tasawuf, sehingga mereka merumuskan definisinya juga berbeda. Ada beberapa definisi yang dikemukakan para ahli antara lain :
a. Imam al-Ghazaly mengemukakan pendapat Abu Bakar al-Kattaany yang mengatakan :
“Tasawuf adalah budi pekerti; barang siapa yang memberi bekal budi pekerti atasmu, berarti ia memberi bekal atas dirimu dalam Tasawuf. Maka jiwa yang menerima (perintah) untuk beramal, Karena sesungguhnya mereka melakukan suluk dengan Nur (petunjuk Islam). Dan ahli zuhud yang jiwanya , menerima (perintah) untuk melakukan beberapa akhlaq (terpuji) karena mereka telah melakukan suluk dengan Nur (petujuk) imannya.
b. Asy-Syekh Muhammad Amin al-Qurdy, menyatakan:
‘Tasawuf adalah Suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui hal ihwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari (sifat-sifat) yang buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara melakukan suluk, melangkah menuju (keridhaan) Allah dan meninggalkan (larangan-Nya) menuju kepada (perintah-Nya).

1) Faktor Lahirnya Tasawuf
Para sarjana, baik dari kalangan Islam sendiri saling berbeda pendapat tentang faktor yang mempengaruhi munculnya Tasawuf. Nicholson mengatakan bahwa pembentukan Tasawuf dipengaruhi oleh agama masehi atau Nasrani. Meskipun Tasawuf berkembang secara Islami, tetapi tidak tertutup kemungkinan ada sedikit pengaruh luar, terutama Nasrani.
Abul ‘Ala ‘Affifi mengklafikasikan pendapat sarjana tentang faktor Tasawuf ini menjadi empat alian. Pertama, Tasawuf dikatakan bahwa Tasawuf berasal dari India melali Persia. Kedua, berasal dari asketisme Nasrani. Ketiga,dari ajaran Islam itu sendiri. Keempat, berasal dari sumber yang berbeda-beda kemudian menjelma menjadi konsep-konsep.
Dengan demikian Tasawuf dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor intern dan faktor ekstern. Menurut Affifi masing-masing faktor tersebut dapat dipecah menjadi dua, sehingga menjadi empat, yaitu :
a. Faktor ajaran Islam sebagaimana terkandung dalam kedua sumbernya, al-Qur’an dan as-Sunnah. Kedua sumber ini mendorong untuk hidup wara’, taqwa, dan Tasawuf. Selain itu kedua sumber itu mendorong umatnya beribadah bertingkah laku baik, shalat tahajud (QS Al-Muzamil: 7) berpuasa dan sebagainya.
b. Reaksi rohaniah kaum Muslimin terhadap sistem sosial politik dan ekonomi dikalangan umat Islam itu sendiri yaitu ketika Islam telah tersebar keberbagai Negara yang sudah barang tentu membawa konsekuensi-konsekuensi tertentu seperti terbuka kemungkinan di perbolehkannya kemakmuran disatu pihak.
c. Pendekatan Rabaniyah agama Nasrani, sebagai konsekuensi agama lahir sebelum Islam, pemeluknya tersebar diseluruh Negara, dan sikap-sikapmya mempengaruhi masyarakat agama lain, termasuk pemeluk Islam.
d. Reaksi terhadap fiqih dan ilmu kalam
2) Pembagian Tasawuf
Secara keseluruhan ilmu Tasawuf dikelompokan menjadi dua yakni:
a) Tasawuf ilmi atau Nadhari adalah Tasawuf yan bersifat teoritis, Tasawuf yang mencakup dalam bagian ini ialah sejarah lahir Tasawuf dan perkembangannya sehingga menjelma ilmu yang berdiri sendiri.
b) Tasawuf amali atau Tasawuf tathbiqi yaitu: Tasawuf terapan, yakni ajaran Tasawuf yang praktis. Tidak hanya sekedar teori, tetapi menuntut adannya pengalaman dalam rangka mencapai tujuan Tasawuf.

Sementara Ada lagi yang membagi Tasawuf menjadi tiga bagian, yakni;
a) Tasawuf akhlaki adalah ajaran Tasawuf yang membahas tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa yang diformulasikan pada pengetahuan sikap mental dan pendisiplinan tinglah laku yang ketat una mencapai kebahagiaan yang optimal. Mannusi harus mengidentifikasikan eksstensi dirinya dengan ciri-ciri keTuhanan melalui penyucian jiwa raga yang bermula dari pembentukan pribadi yang bermoral dan berakhlak mulia, dalam ilmu Tasawuf dikenal dengan takhalli (pengosongan diri dari sifat-sifar tercela), tahajli (menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji) dan tajalli (terungkapmya Nur ghaib bagi hati yang telah bersih sehingga mampu menangkap cahaya (keTuhanan).
Takhalli berarti tidak membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, kotoran dan penyakit gati yang merusak. Adapun sifat-sifat tercela yang harus dihilangkan antara lain: al-Syirik (penyekutukan Allah), al-Hasad (keinginan yang berlebih-lebihan), al-Jadlab (marah), al-Riya dan al-Sum’ah (pamer), al-Ujub (bangga diri) dan sebagainya.
Tahalli yakni menhias diri dengan jalan membiasakan dengan sifat dan sikap serta perbuatan baik. Selanjutnya tahap ketiga , tahajli yaitu sikap-sikap kemanusiaan atau memperoleh nur yang slama ini bersembuyi (ghaib) ata fana’ segala selain Allah ketika tampak (tajjali) wajah nya .
b) Tasawuf amali yaitu Tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah
c) Tasawuf Falsafati yaitu Tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi intuitif dan visi rasional


2. Sejarah Tasawuf
Dalam menampilkan asal usul Tasawuf atau sejarah Tasawuf Abu al-Wafa’ al-Ghanemi at-Tafzani telah menyajikan suatu tulisan dalam bukumya yang sangat lengkap. Menurutnya, ada sekelompok orientalis beranggapan bahwa Tasawuf berasal dari sumber kristen dengan argumentasi sebagai berikut:
Pertama, adanya suatu interaksi antara orang-orang Arab dan kaum Nasrani pada masa Jahiliyah maupun zaman Islam. Kedua, adanya segi-segi kesamaan antara kehidupan para asketis atau shufi dalam hal ajaran serta tata cara mereka ketika melatih jiwa (riyadhah) dan mengasingkan diri (khalwat)dengan kehidaupan almasih dan ajaran-ajarannya, serta dengan para rahib dalam cara mereka bersembanhyang dan berpakaian.
Yang beranggapan sama dengan Abu al-Wafa’ diantaranya Igmaz Goldziher, R.A.Nicholson, Van Kramer, Asin Palacios, dan beberapa nama lainnya.
Ignaz Goldziher mengumpulkan bahwa terbagi kedalam dua aliran. Pertama, asketisisme, aliran ini menurutnya sekalipun telah pengaruh kependetaan Kristen, tetapi tetap lebih mengakar pada semangat Islam dan para ahli sunnah. Kedua, Tasawuf dalam arti yang lebih jauh lagi dengan berbagai ajarannya, yang berkaitan dengan pengenalan (ma’rifah), pendakian bathin (hal), intuisi (widjan), dan rasa (dzauq), aliran ini terpengaruh neoplatonisme dan agama Budha.
Karya Van Kramer, Geschichie der Herrschenden Ideen des Islams, misalnya menggambarkan bagaimana asketisisme Kristen. Ia juga berpendapat bahwa Tasawuf mempunyai dua unsur-unsur Kristen dan unsur-unsur Budha.

3. Pertumbuhan Tasawuf
Jauh sebelum lahirnya agama Islam, memang sudah ada ahli mistik yang menghabiskan masa hidupnya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan-nya; antara lain pada India kuno yang beragama Hindu maupun Budha. Orang-orang mistik tersebut dinamakan Gymnosophists oleh penulis barat dan disebut oleh penulis Arab, yang dapat diartikan sebagai orang-orang bijaksana yang berpakaian ternuka, maksudnya ahli mistik orang-orang India selalu berpakaian dengan menutup separuh badannya. Dan ada juga ahli mistik dari Kristen yang selalu mendekatkan diri kepada Tuhan-nya dengan tata cara yang tidak jauh berbeda dengan tata cara zuhud di kalangan shufi orang-orang muslim yang hidup sesudahnya.
Meskipun Tasawuf Islam dilator belakangi oleh beragai kegiatan mistik yang berkembang sebelumnya dankemiripan dala ajaran tetapi tidak berarti bahwa hal itu merupakan kelanjutan dari ajaran mistik, sebab Tasawuf Islam itu sendiri bersumber dari al-Qur’an dan hadits Rasullullah SAW.

Beberapa Nash yang mengandung ajaran Tasawuf, yaitu:
a. Nash-nash al-Qur’an, antara lain berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman berdzikirlah (dengan) menyebut (nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.”
b. Nash-nash Hadits, antara lain berbunyi:


Artinya:
“……….Sembahlah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya mak apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka ia pasti melihatmu.”
H.R. Bukhary-Muslim, yang bersumber dari Abi Hurairah.

Kehidupan Rasulullah SAW menggambarkan kehidupan sebagai seorang shufi yang sangat sederhana, karena beliau menjauhkan dirinya dari kehidupan mewah, yang sebenarnya merupakan amalan zuhud dalam ajaran Tasawuf.

4. Perkembangan Tasawuf
a. Pada Abad Pertama dan kedua Hijriyah
1) Perkembangan Tasawuf pada masa sahabat
Para sahabat juga mencontohi kehidupan Rasullullah yang serba sederhana, dimana hidupnya hanya semata-mata di abdikan kepada Tuhan Tuhan-Nya .
Sahabat-sahabat yang dimaksudkannya, antara lain.:
a) Abu Bakar As-Shidiq, Wafat tahun 13 H. Beliau saudagar yang kaya raya ketika masih berada di Makkah. Ketika hijrah ke madinah, harta kekayaannya telah habis disumbangkan untuk kepentingan tegaknya agama Islam.
b) Umar bin Khatab, Wafat tahun 23 H. Beliau termasuk orang yang tinggi kasih sayangnya terhadap sesama manusia. Maka ketika ia menjadi khalifah, beliau selalu mengadakan pengamatan langsung terhadap keadaan rakyatnya,
c) Utsman bin Affan, Wafat tahun 35 H. Meskipun ia diberikan kelapangan meski dijadikan sarana untuk menolong orang-orang miskin.
d) Ali bin Abi Thalib, Wafat tahun 40 H. Beliau termasuk orang yang senang hidup sederhana.
e) Salamn al-Farisiy
f) Abu Dzar al-Ghifanny
2) Perkembangan Tasawuf pada masa Tabi’in
Ulama-ulama shufi dari kalangan tabi’in adalah musrid dari ulama-ulama shufi’ dari kalangan sahabat. Tokoh-tokoh ulama shufi tabi’in antara lain:
a) Al-Hasan al-Bashry: Hidup tahun 22 H-110 H, ia mengapatkan ajaran Tasawuf dari khudzaifah bin al-Yaman, sehingga ajaran itu mempengaruhi sikap dan perilakunya sehari-hari. Beliau dikenal sebagai ulama shufi’ yang sangat dalam ilmunya tentang rahasia yang terkandung dalam ajaran Islam dan sangat menguasai ilmu bathin.
b) Rabi’ah al-Adawiyah, Wafat 185 H. Beliau dikenal sebagai ulama shufi’ wanita yang mempunyai banyak murid dari kalangan wanita. Rabi’ah menganut ajaran Zuhud dengan menonjolkan falsafah Hubb (Cinta) dan syauq (rindu kepada Allah)
c) Sufyan bin Said atau ats-Tsaury, hidup tahun 97 H-161 H. Beliau termasuk salah seorang ulama shufi’ yang dikagumi karena ke zuhudan dan kealimannya.
b. Pada Abad ke tiga dan keempat Hijriyah
Perkembangan Tasawuf pada abad ini perkembangannya sangat besar.
Inti ajaran Tasawuf ada tiga macam:
1. Tasawuf yang berilmu jiwa yaitu berisi suatu metode yang lengkap tentang pengobatan jiwa.
2. Tasawuf yang berintikan ilmu akhlaq yaitu didalamnya terkandung petunnjuk-petunjuk tentang cara-cara berbuat baik serta cara menghindarkan perbuatan buruk.
3. Tasawuf yang berintikan metafisika yaitu terkandung ajaran yang melukiskan ketunggalan hakikat Illahi.
c. Pada Abad ke lima Hijriyah
Pada abad kelima terjadi pertentangan yang turun temurun antara ulama shufi dengan ulama fiqh, keadaan semakin rawan ketika perkembangannya madzhab Syiah Islam Ismiliyah yaitu suatu madzhab yang hendak mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keturunan Ali bin Abi Thalib. Kaeran menganggapnya kalau dunia ini harus di atur oleh imam, karena dialah yang langsung menerima petunjuk dari Rasulullah.

d. Perkembangan Tasawuf abad ke enam, ke tujuh, dan ke delapan
1) Perkembangan pada abad keenam, abad ini suasana kemelut antar ulama syariat dengan ulama Tasawuf memburuk, karena dihidupkannya lagi pemikiran-pemikiran al-Huluul, Widatul wujud dan Widatul Adyan oleh kebanyakan ulama Tasawuf.
2) Perkembangan Tasawuf pada abad ketujuh, pada abad ini tercatat dalam sejarah bahwa masa menurunnya gaerah masyarakat Islam untuk mempelajari Tasawuf karena :
a. Semakin gencarnya serangan ulama syariat memerangi ahli Tasawuf, yang diiringi dengan serangan golongan Syiah yang menekuni ilmu kalam dan fiqih
b. Adanya tekat penguasa pada masa itu untuk melenyapkan ajaran Tasawuf di dunia Islam karena dianggap kegiatan itu menjadi sumber perpecahan umat Islam.
3) Perkembangan Tasawuf abad ini tidak terdengar perkembangannya dan pemikiran baru dalam Tasawuf, meskipun banyak pengarang kaum shufi yang mengemukakan pemikiran tentang ilmu Tasawuf, namun kurang mendapat perhatian sungguh-sungguh dari umat Islam. Sehingga nasib ajaran Tasawuf hampir sama dengan abad ketujuh.

e. Pada Abad ke sembilan dan kesepuluh Hijriyah dan sesudahnya
Dalam beberapa abad ini ajaran Tasawuf sangat sunyi didalam Islam. Berarti nasibnya lebih buruk lagi dari abad keenam, ketujuh, dan kedelapan. Ada dua faktor yang menyebabkan rutuhnya pengaruh ajaran Tasawuf:
1. karena memang ahli Tasawuf sudah hilang kepercayaan dikalangan masarakat Islam, sebab banyak diantar mereka yang terlalu menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya.
2. Karena ketika itu, penjajah bangsa Eropa beragama Nasrani sudah menguasai seluruh Negeri Islam.

 Perkembangan Tasawuf di Indonesia
1. Perkembangan Tasawuf di pulau Jawa
Penyebaran ajaran Islam dipulau Jawa adalah Wali songo dengan menggunakan pendekatan mistik, yang didalamnya diisi dengan ajaran Tasawuf. Mereka dalam menentukan taktik dan srategi, mula-mula dalam menyebarkan dakwahnya melalui pendekatan mistik atau Tasawuf unr\tuk mengislamkan masyarakat di pulau Jawa karena dilatar belakangi oleh kepercayaan agama Hindu Budha yang berinti ajarannya adalah mistik. Pendekatan tahap ini tidak memperketat kemurnian ajaran Islam, karena merupakan suatu taktik dan strategi dakwahnya tetapi tahap selanjutnya baru dilakukan pemurnian ajaran Islam.dalam perkembangan Tasawuf di pulau Jawa dimana mereka dihadapkan dua ailran Tasawuf yang bertentangan yaitu aliran Sunni atau salaf dan alira Falsafati. Aliran Sunni dikembangkan oleh masyarakat Muslim dengan tidak meninggalkan unsur-unsur keIslaman.

2. Perkembangan Tasawuf di sumatera
Ulama-ulama yang berpengaruh di sunatera yaitu
a. Syeh Hamzah Pansuri, beliau salah satu penyebab ajaran Tasawuf dapat dikenal oleh orang banyak, karena kemampuannya membuat karya tulis yang bermutu tinggi; baik prosaya merupakan buku yang menguasai syair-syair maupun prosa yang berintikan ajaran Tasawuf.
b. Syeh Syamsudin bin Abdillah as-Sumatrany, beliau belajar ilmu Tasawuf pada syeh hamzah pansuri di Sunan Bonang. Dia lebih giat menulis buku Tasawuf dari pada gurunya dan keberhasilannya karena ditunjang oleh dana yang memadai.
3. Perkembangan Tasawuf dikalimantan
Salah seorang shufi’ yang terkemuka di Kalimantan barat adalah syeh Ahmad Khatib as-Syambasih, beliau banyak berguru kepada Ulama shufi yang berkainan aliran dengannya. Sehingga segala macam tarekat memasukinya dan sempat menguasai seluk beluk tarekat tersebut karena ketekunannya berlajar dan cita-citanya untuk menguasai berbagai aliran ilmu Tasawuf maka banyak ulama Tasawuf yang menimba ilmu kepadanya.
4. Perkembangan Tasawuf di pulau sulawesi
Ajaran Tasawuf dipulau ini bercorak sunni dam falsafati Karena kebanyakan penganut Tasawuf falsafati mencampur baurkan ajaran Tasawuf dengan ilmu hitam. Sehingga semakin membingungkan masyarakat awam, hal ini yang membuat masyarakat kurang minat belajar Tasawuf. Namun berkat kemampuan karomah yang dimiliki oleh ulama yang bernama Syeh Yusuf Tajul Khalwati al-Makassary yang ajaran Tasawufnya beraliran sunni dapat mengajarkan ilmunya kepada masyarakat meskipun ia sendiri masih merasakan kekurangan ilmu.

IV. KESIMPULAN
Pertumbuhan Tasawuf Islam dilatar belakangi oleh kegiatan mistik yang berkembang pada saat itu, yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan perkembangan Tasawuf dimulai pada masa sahabat sampai pada abad ke empat hijriyah mengalami perkembangna yang pesat, sehingga pada abad ke tiga dan keempat hijriyah ajaran Tasawuf dibagi menjagi tiga macam yaitu:
1) Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa
2) Tasawuf yang berintikan ilmu Akhlak
3) Tasawuf yang berintikan ilmu metafisika.
Sedangkan pada abad kelima hijriyah sampai selanjutnya mengalami penurunan.

V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang penulis buat dengan sekuat pikiran disertai referensi-referensi yang ada, namun sebagai manusia biasa penulis sadar akan kekurangan yang ada dalam penulisan maupun bahasa yang kami sajikan, oleh karena itu dengan rendah hati saran dan kritik yang membangun kemajuan kami terima guna perbaikan makalah untuk kedepannya, dan semoga makalah yang penulis buat ini dapat bermanfaat untuk kita semua, amin.






DAFTAR PUSTAKA

Affifi, Abu al-Ala, Kata Pengantar dalam Edisi Bahasa Arab fil Tasawufat Islami wa Tarikhimi
Al-Ghazaly, Ihyaa ‘Ulumuddin Juz II, Semarang: Maktabah Usaha Keluarga
Ash-Shadieqy, Muhammad bin Tlann. 1971, Dalilul, Mesir
IAIN Sumatera utara, 1982. Pengantar Ilmu Tasawuf
Jabir al-Jazairy, Abu Bakar. 1976, Minhaajul Muslim, Madinah: Darul Umar bin Khatab
Musa, Muhammad Yusuf. 1963, Falsafatul Akhlaq Fil Islaam wa-Shilaatuha bil Falsafatil Ighrieqiyah, Qairo: Muassasatul Khanjiy
Shaliba, Jamil.1978, al-Mujmal al-Falsafi Juz I, Mesir: Da al-Kitab al-Mishri
Zahri, Nustafa. 1979. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: Bina Ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar